Perang Tarif atau Perang Service?

blue-ocean

Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang ‘Blue Ocean – Red Ocean’. Sebuah buku yang membahas tentang bagaimana memenangkan kompetisi atau persaingan dalam business.

Secara sederhana, Red Ocean adalah adalah suatu persaingan usaha, di mana para pelaku usaha untuk merebut pasar melakukan perang tarif atau adu banting harga, sehingga siapapun pemenangnya pasti akan berdarah-darah. Ini yang ingin diilustrasikan dengan Red Ocean, samudera merah berdarah 🙂

Sedangkan Blue Ocean, di mana pelaku usaha dalam bersaing tidak melakukan perang tarif, tetapi menciptakan pembeda dengan pesaingnya, baik product, kualitas maupun service-nya. Ini dilakukan pelaku usaha untuk merebut pasar tanpa harus membanting harga jualnya. Ini diilustrasikan dengan Blue Ocean, samudera biru yang enak dipandang.

Cara memenangkan persaingan yang mudah sekaligus paling sulit adalah melakukan perang tarif, adu banting harga. Dikatakan paling mudah karena anda tinggal menjual lebih rendah dari pesaing anda. Tetapi bila diteruskan, perang tarif ini akan menyulitkan anda pada akhirnya. Pertanyaan yang akan muncul, ‘how low can you go?’ Mau turun terus sampai level berapa? Dengan terus menurunkan harga penjualan, apakah anda bisa melakukan efisiensi sedemikian rupa sehingga bisa menurunkan juga biaya produksi atau biaya operasional? Tentu tidak sesederhana itu kan? Menjaga bagaimana business bisa tetap berjalan dan menguntungkan sambil perang tarif itulah yang paling sulit dilakukan.

how low

how low can you go?

Kita tentu sudah melihat banyak contoh business yang collaps karena perang tarif. Anda tentu masih ingat Adam Air, perusahaan penerbangan Indonesia yang terkenal dengan harga murahnya, sampai akhirnya harus tutup karena perusahaan terus merugi, apalagi sejak kecelakaan Adam Air yang jatuh di laut. Patut diduga, Adam Air banyak mengabaikan aturan keselamatan penerbangan demi untuk menekan biaya operasional akibat perang tarif dengan beberapa airlines lainnya.

Adam_air_break

Setelah Adam Air, satu lagi penerbangan yang menawarkan ticket murah, Batavia Air, baru saja dinyatakan pailit. Kedua perusahaan ini saat pailit, bukan karena penjualan yang menurun, karena penerbangan murah mereka hampir selalu penuh. Tapi penjualan yang bagus, dengan harga murah akibat perang tarif, belum tentu menguntungkan juga buat perusahaan.

Lalu bagaimana contoh Blue Ocean? Saya paling senang mengambil contoh Starbucks. Lihat harga kopi-nya, apakah turun harga dengan banyak kompetitor yang menjual kopi sekarang ini? Tidak! Atau contoh lain yang juga menarik, apakah BCA akan ikut-ikutan menaikkan suku bunga deposito/tabungan, meskipun banyak Bank lain menawarkan suku bunga jauh di atas BCA. Starbucks dan BCA, tetap menjaga harga mereka, tapi customer tetap setiap, karena level of service yang tetap mereka berikan. Anda ke mall besar mana saja, pasti ada Starbucks di lokasi strategis. Anda perlu transaksi, saya kira di kota besar, ATM BCA termasuk yang terbanyak dan layanan online nya yang selalu paling inovatif!

klikbca starbucks

Sekarang saya ingin mengajak anda sebagai konsumen berpikir, apakah perang tarif menguntungkan atau merugikan kita sebagai konsumen?

Jangka pendek akan terasa menguntungkan, karena kita membeli sesuatu barang atau jasa dengan lebih murah. Kompetisi antar penyedia barang dan jasa akan memberikan harga yang termurah. Tapi secara jangka panjang, saat perang tarif itu sudah sudah semakin sengit, kita tinggal menunggu saja, mana yang akan ‘mati’ duluan dan tutup. Saat itu, sebagai konsumen kita baru akan sadar kehilangan pilihan. Sekarang pilihan penerbangan semakin terbatas dengan tutupnya Adam Air dan Batavia Air.

Kita sering mendengar istilah, ada harga ada rupa, atau you pay peanut you get monkey! Istilah tadi untuk menunjukkan, boleh saja kita ingin mencari harga yang murah atau termurah, tapi jalan lupa, harga yang terlalu murah itu pasti ada sesuatu yang dikorbankan/dikurangi.

Memang selalu ada yang menggunakan teknik pemasaran, ‘harga murah tapi ga murahan’. Tapi tentu tidak semuanya ga murahan, kan? 🙂

Jadi bagaimana menurut anda?
Apakah anda memilih perang tarif atau perang service?

Semoga sukses!

@budisungkono
#RumahBambu #GnBunder

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *